Apa Itu Transaksi Non-Bisnis? Ini Contoh dan Risikonya bagi Perusahaan!


Segala keputusan dalam bisnis harus dipertimbangkan dengan matang, apalagi jika menyangkut transaksi keuangan. Pada bisnis, selain perencanaan, salah satu aspek krusial lainnya ialah transaksi yang dilakukan.
Meski terdengar sederhana, transaksi bisnis lebih dari sekedar proses jual beli. Lebih dari sekedar untung atau rugi, cara perusahaan melakukan transaksi juga menentukan kesehatan keuangan perusahaan.
Dalam aktivitas keuangan perusahaan, tidak semua transaksi yang terjadi berasal dari kegiatan operasional utama atau operasional inti. Ada kalanya rekening perusahaan digunakan untuk pengeluaran CSR, penerimaan titipan, atau transaksi antar entitas yang tidak terkait dengan penjualan maupun produksi.
Jenis aktivitas inilah yang dikenal sebagai transaksi non-bisnis. Meski tampak sepele, jika tidak dipantau dengan benar, transaksi non-bisnis dapat mempengaruhi akurasi laporan keuangan dan menimbulkan risiko tata kelola.
Apa Itu Transaksi Non-Bisnis?
Secara sederhana, transaksi non-bisnis adalah aktivitas keuangan yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha utama perusahaan. Artinya, transaksi ini tidak menambah atau mengurangi pendapatan dari aktivitas bisnis inti, tetapi tetap tercatat dalam arus kas atau laporan keuangan.
Menurut PSAK 1 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 – Penyajian Laporan Keuangan), setiap transaksi yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas utama harus diklasifikasikan secara terpisah agar laporan keuangan tetap wajar dan transparan. Hal ini tertuang dalam exposure draft IAI Global tahun 2015.
Contohnya, penggunaan rekening perusahaan untuk keperluan pribadi, CSR, penerimaan dana titipan dari pihak ketiga, atau transfer antar anak perusahaan tanpa dasar perjanjian bisnis.
Meskipun tidak mempengaruhi profit operasional, transaksi semacam ini tetap harus dicatat dan diklasifikasi dengan benar karena tetap memiliki dampak finansial, dan agar laporan keuangan tetap transparan.
Contoh Transaksi Non-Bisnis yang Umum Terjadi

1. Penggunaan Rekening Perusahaan untuk Kepentingan Pribadi
Seorang direktur menggunakan dana perusahaan untuk membayar kebutuhan pribadi. Transaksi ini harus dipisahkan dari pengeluaran operasional dan dicatat sebagai piutang karyawan.
2. Dana Titipan atau Pembayaran Sementara
Perusahaan menerima dana atas nama pihak lain, misalnya deposit pelanggan yang belum diakui sebagai pendapatan.
3. Transfer Internal Antar Entitas
Yang dimaksud transfer internal adalah perpindahan dana antar entitas atau antar rekening di dalam satu grup perusahaan, tanpa terjadinya transaksi komersial seperti penjualan, pembelian, atau pemberian jasa.
Transfer ini terjadi untuk alasan operasional, manajerial, atau administratif, namun tapi bukan aktivitas bisnis utama.
4. Donasi dan Kontribusi Sosial
CSR atau donasi juga tergolong transaksi non-bisnis karena tidak memberikan nilai ekonomi langsung.
Menurut PSAK, pengeluaran sosial harus dipisahkan dari aktivitas operasional utama dan didukung dokumentasi yang lengkap agar tidak menjadi temuan audit atau risiko pajak.
5. Refund atau Koreksi Pembayaran
Refund adalah uang yang dikembalikan kepada perusahaan atau dari perusahaan akibat kesalahan transaksi sebelumnya, bukan transaksi bisnis baru.
Refund tidak menghasilkan pendapatan baru dan tidak menciptakan beban baru, melainkan hanya mengoreksi transaksi masa lalu (adjusting entry).
Risiko Transaksi Non-Bisnis bagi Perusahaan
1. Distorsi Laporan Keuangan
Kesalahan klasifikasi dapat menimbulkan bias dalam analisis laba, analisis laporan keuangan, atau peninjauan arus kas. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan.
2. Potensi Temuan Audit
Auditor dapat menganggap transaksi non-bisnis sebagai anomali dalam laporan keuangan jika tidak didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi yang tidak maksimal dapat memicu pemeriksaan lebih lanjut terhadap pengendalian internal.
3. Risiko Pajak dan Kepatuhan
Pencampuran dana pribadi dan perusahaan bisa menimbulkan pelanggaran pelaporan pajak, bahkan mengganggu arus kas perusahaan.
4. Berdampak Pada Reputasi Perusahaan
Transparansi finansial adalah dasar kepercayaan publik. Batas yang kabur antara dana pribadi dan dana operasional perusahaan dapat menurunkan kredibilitas dan kepercayaan publik.
Bagaimana Cara Mengelola Transaksi Non-Bisnis dan Mencegah Risikonya?

Pisahkan Rekening Operasional dan Pribadi
Pastikan setiap transaksi memiliki dasar bisnis yang jelas. Selain itu, lakukan dokumentasi menyeluruh untuk setiap transaksi dan lampirkan berkas yang relevan dan diperlukan.
Gunakan Sistem Evaluasi Berbasis Digital
Studi terbaru mengenai penerapan AI dalam deteksi penipuan keuangan menunjukkan bahwa algoritma modern mampu mengenali pola transaksi non-bisnis dan anomali dengan akurasi tinggi, yang pada akhirnya dapat membantu auditor bekerja Dengan lebih efisien (Moura et al., 2025, MDPI).
Kebijakan Keuangan yang Ketat
Tetapkan panduan tertulis mengenai penggunaan dana dan pelaporan tanpa terkecuali untuk setiap dana yang keluar dan masuk dalam arus kas perusahaan.
Evaluasi Internal Berkala
Evaluasi secara berkala dapat membantu perusahaan mengevaluasi arus kas mereka pada periode tertentu. Pastikan setiap transaksi dicatat dan diklasifikasi sesuai standar PSAK dan kebijakan perusahaan.
Transaksi non-bisnis dapat menimbulkan resiko bila tidak dikontrol dengan baik. Pemisahan yang jelas antara aktivitas operasional dan nonoperasional membantu menjaga akurasi laporan, kepatuhan hukum, dan kepercayaan publik terhadap perusahaan.
Apalagi, kini melakukan evaluasi secara digital semakin efektif dengan bantuan teknologi, terutama untuk mendeteksi kejanggalan transaksi.
Simplifa.ai misalnya, yang dapat membantu perusahaan melakukan deteksi kejanggalan finansial lebih cepat dalam proses evaluasi. Termasuk mendeteksi anomali keuangan hingga mencegahnya terjadinya fraud atau penipuan.
Artikel Terkait

Dalam era digital, aktivitas keuangan berlangsung dalam volume dan kecepatan yang semakin tinggi. Di balik kemudahan ini, risiko kecurangan (fraud) juga meningkat, baik dari dalam maupun luar organisasi.

Analisis laporan keuangan dapat membantu menilai kesehatan bisnis, mengukur rasio keuangan, dan memetakan potensi risiko untuk mendukung keputusan strategis.

Simplifa.ai mendapat kehormatan untuk berpartisipasi dalam Economy Mastery Forum 2025, yang diselenggarakan oleh Infobank Media Group dan PERBARINDO (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia)
